Minggu, 23 November 2014

KAMU BUKANLAH MUSUHKU



Perbedaan itu pasti ada karena ada kesamaan. Wanita itu ada karena ada pula laki-laki. Semua diiciptakan berpasangan. Senja menemani hari-hariku saat ini. Letih, lelah semua hilang karena semua ada sahabatku, Azra. Kami satu kelas, bahkan hobi kami pun hampir sama. Kakakku bilang kami ini saudara kembar tapi tanpa persetujuan alam.
Namaku Reyka. Aku mengenal Azra waktu SMA. Kami sangat dekat. Awal perkenalan memang kami tak saling mengenal, tapi aku mengenal dia karena dia suka membuat puisi. Buat aku puisi-puisi dia itu bagus banget. Aku kagum.
Akhirnya kami membuat rencana untuk menerbitkan karya kami ke majalah. Tapi itu tinggal rencana. Karena saat ini hubungan kami sedang tidak baik. Hanya masalah sepele tapi sikap dia itu yang membuat aku tidak suka.
Kesamaan kami memang hal yang luar biasa buat aku, karena baru kali ini aku menemukan orang yang benar-benar mirip sama aku. Terkadang gebetan kami pun sama. Tapi kami tidak bermasalah. “Kalau seandainya kita sudah sama cowok yang sama, aku rela ngalah buat kamu,” kataku suatu ketika waktu kami di kantin. Kami tertawa bersama.
****
        Ceritanya berawal ketika aku sedang dekat dengan seorang cowok bernama Dewa. Azra juga mengenal Dewa. Kata Azra, Dewa itu mirip mantannya. Tapi aku nggak tahu kalau ternyata Azra juga sedang dekat dengan Dewa. Hubungan kami awalnya baik-baik aja, sampai suatu ketika Azra mengetahui sms Dewa ke aku. Mengetahui itu Azra tampak biasa saja. Dia juga sering tanya-tanya tentang Dewa. Aku tak menaruh curiga bahkan aku tak berpikir aneh akan hal itu.
Hari-hari berlalu seperti biasa. Waktu masih ku lewati bersama Azra, masalah lingkungan rumah aku lupakan setiap aku bersama Azra. Bagiku Azra adalah kakakku, sahabat terbaikku. Bahkan ketika Azra jatuh sakit aku sangat sedih. Banyak planning yang kami buat untuk mengembangkan hobi kami. Tapi semuanya hancur saat aku cerita ke Azra kalau aku dekat dengan Dewa, dia mulai ngarang-ngarang cerita jelek tentang aku. Aku marah ke Azra.
Sikap Azra semakin keterlaluan. Azra memfitnah aku di depan teman-teman. Aku di kucilkan. Azra juga semakin jauh dari aku. Kondisi itu berjalan sampai aku jadian sama Dewa. Kabar itu cepat menyebar sampai ke telinga Azra. Azra cemburu padaku. Tapi saat itu aku benar-benar tidak tahu kalau Azra juga suka sama Dewa.
****
Dua minggu berlalu …
Hubunganku dengan Azra makin memburuk. Aku semakin jengkel sama Azra karena dia mulai mencari gara-gara sama teman-temanku yang justru tak tahu apa-apa. Aku semakin dikucilkan. Aku sedih. Kupikir Azra sahabatku tapi dia tega nusuk aku dari belakang. Semua rahasia yag telah aju ceritakan ke dia, dibongkar semua.
          Aku lelah. Rasanya aku mau pindah sekolah saja. Tapi tinggal 1 tahun lagi. Aku semakin hancur. Hubunganku dengan Dewa pun semakin runyam karena masalahku aku jadi cuek dan nggak peduli sama dia. Akhirnya aku putus dengan Dewa. Hatiku hancur. Biasanya saat-saat kayak gini ada Azra yang hibur aku tapi sekarang aku sendirian tanpa Azra.
          Sementara aku dan Dewa putus, Azra justru terus memojokkan posisiku. Aku semakin menderita. Bohong kalau aku bisa maafin perbuatan dia. Tapi aku butuh dia, dia yang bisa ngertiin perasaanku. Aku mau kita balik kayak dulu. Bercanda dan tertawa bersama. Tapi cara licik dianusuk aku itu membuat aku membenci dia.
****
          Waktu berlalu …
Kini posisi aku dan Azra berbanding terbalik. Dia hancur dengan sendirinya. Semenjak hubunganku dengan Azra memburuk, sikap Azra semakin tidak beraturan. Dia agak liar. Hingga beredar gosip miring tentang dia. Aku mencoba untuk mencari tahu, dan ternyata dibalik sikap diamnya Azra tersembunyi kebusukkan yang  sebenarnya aku sudah tahu dari dulu.
          Aku melihat Azra bukanlah Azra yang ku kenal dulu. Kalau bukan karena kebaikan Azra mungkin aku akan membalas perbuatan dia tapi dia bukan musuhku tapi dia kakak sekaligus sahabatku.
          Sepertinya hubunganku dengan Azra memang takkan pernah baik. Walaupun dilakukan upaya kayak apa pun memang takkan kembali membaik. Karena tak ada lagi sapa dan senyum diantara kami. Walau terkadang aku membutuhkan dia, tapi aku tahu dia itu tipe yang bagaimana.
          Kondisi ini berlangsung sampai saat ini. Aku hanya tak ingin menganggap Azra sebagai musuh tapi tetap sebagai teman.


SELESAI ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar