Minggu, 23 November 2014

TERIMA KASIH TELAH MENGAJARI AKU ARTI MENCINTAI


Keluarga yang harmonis dan bahagia itu pasti harapan semua orang di dunia. Begitu juga dengan Alex. Namun hidupnya berbeda dari harapannya. Ia sudah hidup dengan ibu dan ayah tirinya sejak ia berusia 5 tahun. Kedua orang tua kandungnya  sudah bercerai karena alasan suadh tidak sejalan lagi. Pikir Alex kedua orang tuanya itu egois, mereka sama sekali tak memperdulikan masa depannya. Dan  kini Ale yang harus menerima akibatnya.
Di SMA N 1 Stadifarius ia menuntut ilmu, itu pun Karen kemauan ayah tirinya. Keadaan yang memaksanya, karena ibunya menyetujui kemauan ayah tirinya. Keadaan itu menekan Alex. Alex memang anak yang rajin tetapi kondisi yang mengubahnya menjadi liar dan tak suka diatur. Ia juga bersikap seperti itu karena rasa ketudak adilan yang ia alami paska bercerainya kedua orang tuanya. Ia juga harus menerima kenyatan bahwa dia anak broken home, membuatnya salah bergaul.
          Pagi itu Alex sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Dengan motor pemberian ayah kandungnya ia menuju ke sekolah. Namun di tengah perjalanan, ia berubah pikiran.
 “Ngapain gue ke sekolah segela. Mending juga gue bolos. Sekolah nggak penting”
Alex memutar balik motornya dan  menlaju kencang menuju rumah Andre. Keduanya langsung menuju ke sebuah tempat. Di tempat itu Alex mulai menghisap batang rokok yang diberi oleh temannya. Dia juga tak sendirian, banyak anak-anak yang bolos di tempat itu.
          Saat jam pulang sekolah, Alex pun pulang ke rumah. Agar tak dicurigai oleh orang tuanya. Karena Alex adalah anak satu-satunya di rumah itu, sehingga segala permintaannya selalu dituruti oleh ibunya. Perilaku buruk Alex tak pernah diketahui oleh orang tuanya. Karena saat itu Alex terlibat tawuran antar pelajar dan tertangkap oleh polisi. Dengan pengawasan ketat Alex pun dididik seistimewa mungkin.
*****
Karena khawatir kejadian lalu terulang kembali, akhirnya ibunya memutuskan untuk mengantar Alex kemana pun ia pergi. Motornya juga disita.
Di sekolah …
Teeet …teet… teeett… bunyi bel masuk berbunyi. Pagi itu terlihat seorang guru berjalan menuju kelas Alex diikuti seorang perempuan. Perempuan itu cantik, dia murid baru di sekolah itu. Namanya Vey. Vey duduk tepat disamping Alex. Di awal pertemuannya denagn Vey, Alex hanya diam.
          Waktu istirahat pun tiba. Alex beranjak menuju kantin. Saat tengah makan, Nadya datang menghampirinya. Nadya memang sering menganggu Alex.
 “Gue boleh duduk di sini nggak?” kata Nadya sembari duduk tanpa menunggu jawaban dari Alex.
          Dari balik tembok, terlihat Vey menuju ke kasir dan memesan makanan. Di liriknya bangku kantin. Penuh. Kecuali bangku yang di tempati oleh Alex dan Nadya.
 “Boleh nggak aku gabung, di sini soalnya Bngku semua penuh?” tanya Vey polos.
 “Boleh. Duduk aja,” kata Alex.
*****

Pelajaran terakhir ditutup oleh 5 soal dari Pak Jhan. Ibu Alex sudah siap di depan pintu gerbang sekolahan. Sebenarnya hati Alex tertekan bila harus diawasi oleh oraang tuanya tiap detik, menit. Pemberontakan yang ia lakukan adalah bukti bahwa ia menolak perceraian kedua orangtuanya. Tapi kedua orang tuanya tak mengerti, malah dirinya semakin tertekan oleh keadaan hidupnya.
          Sore hari Alex diam di dalam kamarnya. Terdengar suara bel rumah berbunyi. Dengan malas, Alex bangkit dari tidurnya. Alex menuruni tangga dan membuka pintu.
 “Maaf. Aku ke sini cuma mau minjem buku catat kimia kamu,” kata Vey yang sedari tadi berdiri di depan pintu.
Setelah mengobrol cukup lama, Vey pamit ulang.
          Vey mulai mendekati Alex. Ia juga terus mencari tahu sebab dari sikap Alex yang super beda dari cowok lain itu. Suatu hari Vey mengajak Alex membeli buku. Atas ijin ibunya, Alex menurut saja. Seharian itu Vey dan Alex berkeliling kota. Ke took buku, setelah mendapatkan buku yang dicari, lanjut menuju mall dan main disana. Karena lapar mereka pun menuju ke sebuah angkringan di pinggir  jalan. Vey tahu dari muka Alex kalau ia tidak akan mau makan di angkringan pinggir jalan. Tetapi ternyata Alex tidak mengeluh. Dia menurut saja dan menikmati makanan yang dibeli. Mungkin karena memang dia lapar.
 “Enak ya jadi loe,” kata Alex tiba-tiba. Karena di sepanjang jalan dari toko buku ia hanya mengangguk atau hanya sekedar ikut saja menuruti Vey.
 “Lho kok bisa?”
 “Kamu bebas. Nggak kayak gue. Terkekang.”
Vey diam. Menatap Alex.
 “Nyokap sama bokap gue cerai pas gue masih umur 5 tahun. Gue salah pergaulan karena ingin berontak sama nyokap bokap. Tapi gue malah justru makin terkekang.”
          Alex menceritakan semua masalah hidupnya pada Vey. Tetap diam mendengarkan cerita dari Alex yang ia pikir hidupnya itu indah. Vey jadi iba. Vey tak menyangka bahwa hidup Alex sebenarnya se-menyedihkan itu. Padahal kelihatannya Alex cowok yang perfect di sekolahan. Tapi dibalik itu semua terpendam kalut yang luar biasa.
          Pagi itu di sekolahan …
Vey dan Alex terlihat selalu bersama. Melihat itu Nadya merasa iri dan ia membuat rencana untuk mencelakai Vey. Teet… teeett… teeetttt… bel masuk berbunyi. Aleex dan Vey segera kembali ke kelas. Kini Alllex terlihat sedikit berubah. Ia mulai mampu menerima kenyataan hidupnya. Melihat perubahan Alex, kedua orang tuanya kembali memberikan kebebasan untuk Alex.
          Benih-benih cinta mulai tumbuh di antara Alex dan Vey. Rasa kagumnya kini berubah menjadi rasa cinta. Namun, Nadya mengancam Vey. Ancaman Nadya tak dihiraukan oleh Vey. Sikap Vey membuat Nadya risau, ia mulai terbutakan oleh rasa iri. Hingga Nadya nekat untuk mencelakai Vey. Karena kondisi Vey yang parah tertabra mobil Nadya, ia harus dirawat di rumah sakit.
          Kabar bahwa Vey mengalami kecelakaan, terdengar sampai ke telinga Alex. Dirinya pun berencana untuk menjenguk Vey. Menurut kabar, kondisi  Vey kritis. Tanpa Vey, kelas Alex terasa sepi.
          Sore itu di rumah sakit …
Alex menyusuri koridor-koridor rumah sakit. Saat Alex menemukan ruangan di mana Vey di rawat, ia pun masuk ke dalam ruangan. Mata Alex menatap Vey yang saat itu tengah terbaring tak berdaya.
 “Demi gue Vey, tolong bertahanlah.”
Vey berusaha melawan rasa sakitnya. Sampai ia pun siuman, dilihatnya Alex yang berada disampingnya tengah tertidur saat itu. Vey tersenyum. Alex terbangun dari tidurnya dan mengenggam tangan Vey kuat-kuat.
 “Vey, gue akan selalu ada di sini buat loe,” sahut Alex.
          Semangat dan motivasi Alex membuat Vey bertahan dari kondisinya. Keadaannya semakin hari semakin membaik. Akhirnya Vey diperbolehkan untuk pulang.
 “Makasih ya kamu udah mau nemenin aku selama aku di rawat.”
Alex menganggukkan kepala.
*****
Setelah keadaan Vey mulai membaik, Vey kembali ke sekolah dan beraktivitas seperti sedia kala. Melihat Vey datang,, wajah Alex begitu bahagia.
 “Nanti pulang sekolah kita jalan-jalan yuk,” ajak Vey.
Alex menjawab ajakan Vey dengan senyuman.
          Waktu istirahat tiba. Vey dan Alex menuju ke kantin. Keduanya memesan makanan dan duduk di bangku kantin nomor dua dari kasir. Melihat kedekatan Vey dengan Alex, timbul perasaan iri dalam hati Nadya.
          Jam pulang sekolah tiba. Vey dan Alex menuju ke parkiran dan melaju ke mall dengan motornya. Seharian itu mereka bermain di mall. Saat tengah asyik, tiba-tiba terdengar nada dering hp Alex. Sms dari ibunya yang menyuruhnya untuk pulang.
          Hari itu sekolah libur. Ve berencana mengajak Alex untuk belajar bersama. Ia menuju rumah Alex.
Suara bel rumah berbunyi. Terlihat wanita yang kira-kira berusia 50 tahun membuka pintu.
 “Cari siapa Mbak?” tanya wanita itu.
 “Maaf tante, Alexnya ada?”
Wanita itu tak menjawab pertanyaan Vey, ia justru berbalik bertanya.
 “Kamu yang namanya Vey ya?” tanyanya.
 “Iya tante memangnya ada apa ya tante?” tanya Vey penasaran.
Wanita itu menyuruhnya untuk masuk, duduk dan mengajaknya mengobrol. “Saya ibunya Alex. Sejak dulu Alex tidak pernah setuju bahwa saya dan mantan suami saya bercerai. Namun, saya mencoba mengerti dia. Tetapi tante tidak tahu apa yang dia inginkan.”
Vey terus diam. Ia masih tak mengerti. Tante Aliana menceritakan maksudnya. Akhirnya Vey mulai mengerti.
          Karena kedekatan Vey dan Alex, sebenarnya keduanya saling menyayangi. Tetapi tak ada yang berani untuk jujur. Sebagai seorang teman Rio berusaha menyatukan keduanya. Rio adalah sahabat Alex sekaligus sepupu dari Vey. Rio membuat strategi untuk menyatukan keduanya. Rencana itu berjalan sangat mulus.
          Hari itu di taman …
 Saat itulah Rio menjalanan misinya. Di pojok taman terdapat kolam ikan yang di sampingnya terletak bangku cinta. Disebut bangku cinta karena bangku itu sudah sering dipakai oleh para remaja untuk menyatakan cintanya. Kicauan burung menambah suasana semakin romantis.
 “Kamu mau ngomong apa?” tanya Vey.
 “Gue nggak tahu. Bukannya kamu ya yang mau ngomong sama gue Vey?”
Keduanya diam sejenak.
 “Ya, sudahlah. Aku pulang saja,” kata Vey.
 “Tunggu,” cegah Alex seraya menarik tangan Vey agar tidak pergi.
Vey kembali.
 “Senyum dong Vey,” goda Alex.
Vey tersenyum. Dia senang Alex seperti itu padanya. Tiba-tiba Alex memegang tangannya seraya berkata,
 “Terima kasi ya Vey, loe udah mau ngajarin gue arti mencintai. Walaupun gue tahu loe nggak akan mau jadi cewek gue, tapi selagi gue punya kesempatan. Gue mau jujur kalau gue suka sama loe.”
Vey diam.
 “aku mau kok jadi cewek kamu Alex.”
Alex memeluk Vey. Kebahagiaan terpancar dari muka keduanya. Ketulusan membuat mereka mampu melewati semuanya. Berbagi canda, tawa, dan air mata.
          Keesokan harinya …
Embun pagi menemani dinginnya udara pagi. Mengantarkan Alex untuk menuju SMA N 1 Stadifarius. Membawa motornya dan melaju hilang di perbelokan jalan.
          Sesampainya di sekolahan, Vey sudah menunggu Alex di parkiran. Begitu semangat karena hari itu mereka ada ulangan dari Pak Jhan. Keduanya saling memotivasi.
          Suasana ulangan begitu tenang. Percaya diri kunci dari suksesnya ulangan hari itu.
          Dan kini masa menegangkan itu terlewati sudah. Tinggal menunggu hasil ulangan. Semuanya  tegang dan berharap yang terbaik. Termasuk Alex dan Vey.
          Tak lama Pak Jhan memasuki kelas dan mengumumkan hasil ulangan. Di kelas ada anak yang mendapatkan nilai maksimal. Yang pertama yaitu Alex, kedua Rio, dan yang ketiga Vey. Mendengar itu Vey menatap Alex dan tersenyum padanya.
          Alex telah berubah derastis. Walaupun sikap memberontaknya terus bertahan tetapi ia sekarang lebih fokus pada hubungannya dan janjinya dengan Vey.
*****
Suatu hari Alex kembali membolos. Tanpa sepengetahuan Vey dan kedua orang tuanya. Dan saat jam pulang sekolah Vey mendatangi rumah Alex.
Di rumah Alex …
 “Alex kenapa tante kok nggak masuk sekolah. Apa dia sedang sakit?”
 “Lho tadi pagi Alex berangkat kok, sekarang belum pulang.”
Vey memnutuskan untuk pamit pulang.
          Esok harinya Alex dan Vey bertemu. Saling diam. Tak seorang pun mencoba untuk memulai pembicaraan.
 “Kenapa kamu nggak jujur sama aku?” tanya Vey yang mulai gondok.
 “emang gue harus jujur maslah apa?”
 “Kenapa kamu kemarin bolos? Aku Cuma pengen kamu itu berubah, terima kenyataan, aku mohon demi hubungan kita. Aku mohon hargai pengorbanan aku.” Kata Vey yang sudah tak kuat menahan air matanya.
          Meihat Vey menangis, tangan Alex langsung mengusap air mata Vey yang jatuh menetes membasahi pipinya.
 “Gue monta maaf Vey, gue janji gak bakalan bolos lagi ini yang terakhir.”
          Alex memeluk Vey erat-erat. Dengan kekuatan cinta dari keduanya, akhirnya lambat laun Alex mulai mampu merubah sikapnya. Dan kini, ia pun sudah mulai mampu menerima kenyataan. Kenyataan pahit yang telah berubah menjadi manis berkat Vey yang setia menutunnya dengan ketulusan cinta. Jadi kini berjuanglah walaupun cobaan itu selalu datang. Kuatlah dan terus semangat kawan.


THE END !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar