Keluarga
yang harmonis dan bahagia itu pasti harapan semua orang di dunia. Begitu juga
dengan Alex. Namun hidupnya berbeda dari harapannya. Ia sudah hidup dengan ibu
dan ayah tirinya sejak ia berusia 5 tahun. Kedua orang tua kandungnya sudah bercerai karena alasan suadh tidak
sejalan lagi. Pikir Alex kedua orang tuanya itu egois, mereka sama sekali tak
memperdulikan masa depannya. Dan kini
Ale yang harus menerima akibatnya.
Di SMA
N 1 Stadifarius ia menuntut ilmu, itu pun Karen kemauan ayah tirinya. Keadaan
yang memaksanya, karena ibunya menyetujui kemauan ayah tirinya. Keadaan itu
menekan Alex. Alex memang anak yang rajin tetapi kondisi yang mengubahnya
menjadi liar dan tak suka diatur. Ia juga bersikap seperti itu karena rasa
ketudak adilan yang ia alami paska bercerainya kedua orang tuanya. Ia juga
harus menerima kenyatan bahwa dia anak broken home, membuatnya salah bergaul.
“Ngapain gue ke sekolah segela. Mending juga
gue bolos. Sekolah nggak penting”
Alex memutar balik
motornya dan menlaju kencang menuju
rumah Andre. Keduanya langsung menuju ke sebuah tempat. Di tempat itu Alex
mulai menghisap batang rokok yang diberi oleh temannya. Dia juga tak sendirian,
banyak anak-anak yang bolos di tempat itu.
Saat jam pulang sekolah, Alex pun
pulang ke rumah. Agar tak dicurigai oleh orang tuanya. Karena Alex adalah anak
satu-satunya di rumah itu, sehingga segala permintaannya selalu dituruti oleh
ibunya. Perilaku buruk Alex tak pernah diketahui oleh orang tuanya. Karena saat
itu Alex terlibat tawuran antar pelajar dan tertangkap oleh polisi. Dengan
pengawasan ketat Alex pun dididik seistimewa mungkin.
*****
Karena
khawatir kejadian lalu terulang kembali, akhirnya ibunya memutuskan untuk
mengantar Alex kemana pun ia pergi. Motornya juga disita.
Di
sekolah …
Teeet …teet… teeett…
bunyi bel masuk berbunyi. Pagi itu terlihat seorang guru berjalan menuju kelas
Alex diikuti seorang perempuan. Perempuan itu cantik, dia murid baru di sekolah
itu. Namanya Vey. Vey duduk tepat disamping Alex. Di awal pertemuannya denagn
Vey, Alex hanya diam.
Waktu istirahat pun tiba. Alex
beranjak menuju kantin. Saat tengah makan, Nadya datang menghampirinya. Nadya
memang sering menganggu Alex.
“Gue boleh duduk di sini nggak?” kata Nadya
sembari duduk tanpa menunggu jawaban dari Alex.
Dari balik tembok, terlihat Vey menuju
ke kasir dan memesan makanan. Di liriknya bangku kantin. Penuh. Kecuali bangku
yang di tempati oleh Alex dan Nadya.
“Boleh nggak aku gabung, di sini soalnya Bngku
semua penuh?” tanya Vey polos.
“Boleh. Duduk aja,” kata Alex.
*****
Pelajaran terakhir
ditutup oleh 5 soal dari Pak Jhan. Ibu Alex sudah siap di depan pintu gerbang
sekolahan. Sebenarnya hati Alex tertekan bila harus diawasi oleh oraang tuanya
tiap detik, menit. Pemberontakan yang ia lakukan adalah bukti bahwa ia menolak
perceraian kedua orangtuanya. Tapi kedua orang tuanya tak mengerti, malah
dirinya semakin tertekan oleh keadaan hidupnya.
Sore hari Alex diam di dalam kamarnya.
Terdengar suara bel rumah berbunyi. Dengan malas, Alex bangkit dari tidurnya.
Alex menuruni tangga dan membuka pintu.
“Maaf. Aku ke sini cuma mau minjem buku catat
kimia kamu,” kata Vey yang sedari tadi berdiri di depan pintu.
Setelah mengobrol
cukup lama, Vey pamit ulang.
Vey mulai mendekati Alex. Ia juga
terus mencari tahu sebab dari sikap Alex yang super beda dari cowok lain itu.
Suatu hari Vey mengajak Alex membeli buku. Atas ijin ibunya, Alex menurut saja.
Seharian itu Vey dan Alex berkeliling kota. Ke took buku, setelah mendapatkan
buku yang dicari, lanjut menuju mall dan main disana. Karena lapar mereka pun
menuju ke sebuah angkringan di pinggir
jalan. Vey tahu dari muka Alex kalau ia tidak akan mau makan di
angkringan pinggir jalan. Tetapi ternyata Alex tidak mengeluh. Dia menurut saja
dan menikmati makanan yang dibeli. Mungkin karena memang dia lapar.
“Enak ya jadi loe,” kata Alex tiba-tiba.
Karena di sepanjang jalan dari toko buku ia hanya mengangguk atau hanya sekedar
ikut saja menuruti Vey.
“Lho kok bisa?”
“Kamu bebas. Nggak kayak gue. Terkekang.”
Vey diam. Menatap
Alex.
“Nyokap sama bokap gue cerai pas gue masih
umur 5 tahun. Gue salah pergaulan karena ingin berontak sama nyokap bokap. Tapi
gue malah justru makin terkekang.”
Alex menceritakan semua masalah
hidupnya pada Vey. Tetap diam mendengarkan cerita dari Alex yang ia pikir
hidupnya itu indah. Vey jadi iba. Vey tak menyangka bahwa hidup Alex sebenarnya
se-menyedihkan itu. Padahal kelihatannya Alex cowok yang perfect di sekolahan.
Tapi dibalik itu semua terpendam kalut yang luar biasa.
Pagi itu di sekolahan …
Vey dan Alex terlihat
selalu bersama. Melihat itu Nadya merasa iri dan ia membuat rencana untuk
mencelakai Vey. Teet… teeett… teeetttt… bel masuk berbunyi. Aleex dan Vey
segera kembali ke kelas. Kini Alllex terlihat sedikit berubah. Ia mulai mampu
menerima kenyataan hidupnya. Melihat perubahan Alex, kedua orang tuanya kembali
memberikan kebebasan untuk Alex.
Benih-benih cinta mulai tumbuh di
antara Alex dan Vey. Rasa kagumnya kini berubah menjadi rasa cinta. Namun,
Nadya mengancam Vey. Ancaman Nadya tak dihiraukan oleh Vey. Sikap Vey membuat
Nadya risau, ia mulai terbutakan oleh rasa iri. Hingga Nadya nekat untuk
mencelakai Vey. Karena kondisi Vey yang parah tertabra mobil Nadya, ia harus
dirawat di rumah sakit.
Kabar bahwa Vey mengalami kecelakaan,
terdengar sampai ke telinga Alex. Dirinya pun berencana untuk menjenguk Vey.
Menurut kabar, kondisi Vey kritis. Tanpa
Vey, kelas Alex terasa sepi.
Sore itu di rumah sakit …
Alex menyusuri
koridor-koridor rumah sakit. Saat Alex menemukan ruangan di mana Vey di rawat,
ia pun masuk ke dalam ruangan. Mata Alex menatap Vey yang saat itu tengah
terbaring tak berdaya.
“Demi gue Vey, tolong bertahanlah.”
Vey berusaha melawan
rasa sakitnya. Sampai ia pun siuman, dilihatnya Alex yang berada disampingnya
tengah tertidur saat itu. Vey tersenyum. Alex terbangun dari tidurnya dan
mengenggam tangan Vey kuat-kuat.
“Vey, gue akan selalu ada di sini buat loe,”
sahut Alex.
Semangat dan motivasi Alex membuat Vey
bertahan dari kondisinya. Keadaannya semakin hari semakin membaik. Akhirnya Vey
diperbolehkan untuk pulang.
“Makasih ya kamu udah mau nemenin aku selama
aku di rawat.”
Alex menganggukkan
kepala.
*****
Setelah
keadaan Vey mulai membaik, Vey kembali ke sekolah dan beraktivitas seperti
sedia kala. Melihat Vey datang,, wajah Alex begitu bahagia.
“Nanti pulang sekolah kita jalan-jalan yuk,”
ajak Vey.
Alex menjawab ajakan
Vey dengan senyuman.
Waktu istirahat tiba. Vey dan Alex
menuju ke kantin. Keduanya memesan makanan dan duduk di bangku kantin nomor dua
dari kasir. Melihat kedekatan Vey dengan Alex, timbul perasaan iri dalam hati
Nadya.
Jam pulang sekolah tiba. Vey dan Alex
menuju ke parkiran dan melaju ke mall dengan motornya. Seharian itu mereka
bermain di mall. Saat tengah asyik, tiba-tiba terdengar nada dering hp Alex.
Sms dari ibunya yang menyuruhnya untuk pulang.
Hari itu sekolah libur. Ve berencana
mengajak Alex untuk belajar bersama. Ia menuju rumah Alex.
Suara
bel rumah berbunyi. Terlihat wanita yang kira-kira berusia 50 tahun membuka
pintu.
“Cari siapa Mbak?” tanya wanita itu.
“Maaf tante, Alexnya ada?”
Wanita itu tak
menjawab pertanyaan Vey, ia justru berbalik bertanya.
“Kamu yang namanya Vey ya?” tanyanya.
“Iya tante memangnya ada apa ya tante?” tanya
Vey penasaran.
Wanita itu
menyuruhnya untuk masuk, duduk dan mengajaknya mengobrol. “Saya ibunya Alex.
Sejak dulu Alex tidak pernah setuju bahwa saya dan mantan suami saya bercerai.
Namun, saya mencoba mengerti dia. Tetapi tante tidak tahu apa yang dia
inginkan.”
Vey terus diam. Ia
masih tak mengerti. Tante Aliana menceritakan maksudnya. Akhirnya Vey mulai
mengerti.
Karena kedekatan Vey dan Alex,
sebenarnya keduanya saling menyayangi. Tetapi tak ada yang berani untuk jujur.
Sebagai seorang teman Rio berusaha menyatukan keduanya. Rio adalah sahabat Alex
sekaligus sepupu dari Vey. Rio membuat strategi untuk menyatukan keduanya.
Rencana itu berjalan sangat mulus.
Hari itu di taman …
Saat itulah Rio menjalanan misinya. Di pojok
taman terdapat kolam ikan yang di sampingnya terletak bangku cinta. Disebut
bangku cinta karena bangku itu sudah sering dipakai oleh para remaja untuk
menyatakan cintanya. Kicauan burung menambah suasana semakin romantis.
“Kamu mau ngomong apa?” tanya Vey.
“Gue nggak tahu. Bukannya kamu ya yang mau
ngomong sama gue Vey?”
Keduanya diam
sejenak.
“Ya, sudahlah. Aku pulang saja,” kata Vey.
“Tunggu,” cegah Alex seraya menarik tangan Vey
agar tidak pergi.
Vey kembali.
“Senyum dong Vey,” goda Alex.
Vey tersenyum. Dia
senang Alex seperti itu padanya. Tiba-tiba Alex memegang tangannya seraya
berkata,
“Terima kasi ya Vey, loe udah mau ngajarin gue
arti mencintai. Walaupun gue tahu loe nggak akan mau jadi cewek gue, tapi
selagi gue punya kesempatan. Gue mau jujur kalau gue suka sama loe.”
Vey diam.
“aku mau kok jadi cewek kamu Alex.”
Alex memeluk Vey.
Kebahagiaan terpancar dari muka keduanya. Ketulusan membuat mereka mampu
melewati semuanya. Berbagi canda, tawa, dan air mata.
Keesokan harinya …
Embun pagi menemani
dinginnya udara pagi. Mengantarkan Alex untuk menuju SMA N 1 Stadifarius.
Membawa motornya dan melaju hilang di perbelokan jalan.
Sesampainya di sekolahan, Vey sudah
menunggu Alex di parkiran. Begitu semangat karena hari itu mereka ada ulangan
dari Pak Jhan. Keduanya saling memotivasi.
Suasana ulangan begitu tenang. Percaya
diri kunci dari suksesnya ulangan hari itu.
Dan kini masa menegangkan itu
terlewati sudah. Tinggal menunggu hasil ulangan. Semuanya tegang dan berharap yang terbaik. Termasuk
Alex dan Vey.
Tak lama Pak Jhan memasuki kelas dan
mengumumkan hasil ulangan. Di kelas ada anak yang mendapatkan nilai maksimal. Yang
pertama yaitu Alex, kedua Rio, dan yang ketiga Vey. Mendengar itu Vey menatap
Alex dan tersenyum padanya.
Alex telah berubah derastis. Walaupun
sikap memberontaknya terus bertahan tetapi ia sekarang lebih fokus pada
hubungannya dan janjinya dengan Vey.
*****
Suatu
hari Alex kembali membolos. Tanpa sepengetahuan Vey dan kedua orang tuanya. Dan
saat jam pulang sekolah Vey mendatangi rumah Alex.
Di
rumah Alex …
“Alex kenapa tante kok nggak masuk sekolah.
Apa dia sedang sakit?”
“Lho tadi pagi Alex berangkat kok, sekarang
belum pulang.”
Vey memnutuskan untuk
pamit pulang.
Esok harinya Alex dan Vey bertemu.
Saling diam. Tak seorang pun mencoba untuk memulai pembicaraan.
“Kenapa kamu nggak jujur sama aku?” tanya Vey
yang mulai gondok.
“emang gue harus jujur maslah apa?”
“Kenapa kamu kemarin bolos? Aku Cuma pengen
kamu itu berubah, terima kenyataan, aku mohon demi hubungan kita. Aku mohon
hargai pengorbanan aku.” Kata Vey yang sudah tak kuat menahan air matanya.
Meihat Vey menangis, tangan Alex
langsung mengusap air mata Vey yang jatuh menetes membasahi pipinya.
“Gue monta maaf Vey, gue janji gak bakalan
bolos lagi ini yang terakhir.”
Alex memeluk Vey erat-erat. Dengan
kekuatan cinta dari keduanya, akhirnya lambat laun Alex mulai mampu merubah
sikapnya. Dan kini, ia pun sudah mulai mampu menerima kenyataan. Kenyataan
pahit yang telah berubah menjadi manis berkat Vey yang setia menutunnya dengan
ketulusan cinta. Jadi kini berjuanglah walaupun cobaan itu selalu datang.
Kuatlah dan terus semangat kawan.
THE END !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar